CERPEN
PENYESALAN
Aku sedang menjalani hubungan dengan teman sekolahku.
Namun, selama dua hari dia tidak memberiku kabar sehingga membuatku khawatir
dan panik. Entah mengapa dia tidak memberiku kabar, mungkin dia marah karena
aku smsan dengan temannya yang bernama Arif. Dan Arif bilang kepada pacarku
bahwa dia berpacaran dengan ku. Padahal itu tidak benar, tetapi pacarku sudah
mempercayainya dan tak mau lagi mendengarkan penjelasan dariku. Jadi, aku
bingung harus melakukan apa.
Keesokan hari, temannya mengatakan "Des, pacarmu gak
masuk. Dia sakit." aku hanya diam dan semakin panik. Sesampainya dirumah
aku terburu-buru untuk mengambil hpku. Aku segera mengirim pesan yang berisi
"cepat sembuh ya sayang. Emangnya kamu sakit apa?" sambil menunggu
balasan darinya, aku berganti pakaian. Hpku berdering tanda ada panggilan
masuk, aku bergegas mengangkatnya. "hallo, kamu sakit apa?" tanyaku
dengan penuh kekhawatiran. "Kamu gak perlu tahu. Oh iya, katanya kamu
pacaran sama Arif ya?" "engga kok, kata siapa kamu?" "alah, gak usah bohong! Kalau kamu emang gak
sayang sama aku bilang aja!" bantahnya.
Aku kebingungan dan menjawab "kalau aku gak sayang sama kamu, gak mungkin aku nanya keadaan mu sekarang."
"Aku gak percaya sama kamu"
"Yaudah kalau kamu emang gak percaya sama aku, lebih baik kita putus."
"Yaudah kalau itu emang mau mu!" bentaknya.
Tut......tut......tut
Tanpa ada satu kata untuk mengakhiri pembicaraan dia sudah mematikan teleponnya. Tak ku duga, secepat ini kita mengakhiri hubungan hanya gara-gara kesalahpahaman. Sebenarnya aku tak inigin putus dengannya, tetapi dia sudah tidak percaya lagi denganku.
Aku kebingungan dan menjawab "kalau aku gak sayang sama kamu, gak mungkin aku nanya keadaan mu sekarang."
"Aku gak percaya sama kamu"
"Yaudah kalau kamu emang gak percaya sama aku, lebih baik kita putus."
"Yaudah kalau itu emang mau mu!" bentaknya.
Tut......tut......tut
Tanpa ada satu kata untuk mengakhiri pembicaraan dia sudah mematikan teleponnya. Tak ku duga, secepat ini kita mengakhiri hubungan hanya gara-gara kesalahpahaman. Sebenarnya aku tak inigin putus dengannya, tetapi dia sudah tidak percaya lagi denganku.
Hari demi hari ku lewati sendiri tanpa dia. Dunia terasa
kosong tanpa dirinya. Saat ku termenung di pojok kamar tiba-tiba hpku bergetar
tanda sms datang. Aku segera menuju hpku, ternyata itu sms dari si Dia.
"Des, boleh gak aku nelfon kamu?" isi smsnya. Dengan senang hati aku
membalas "boleh."
"Hallo, Des aku ingin mempersembahkan lagu untukmu dengan gitarku."
"Wah, sip banget itu." jawabku sambil deg-deg-an. Setelah bernyanyi, dia mengungkapkan isi hatinya kepadaku. "Des, sebenarnya aku masih sayang sama kamu. Jadi, kamu mau gak balikan sama aku?"
Aku hanya diam.
"Des, kok diam sih?"
"Hmm, gimana ya? Sebenarnya aku juga masih sayang sama kamu, tapi aku mau fokus ke try out dulu." jawabku dengan terpaksa.
"Yaudah deh, kalau kamu emang gak mau balikan sama aku." jawabnya dengan penuh rasa kecewa."
"Maaf ya" kataku.
"Iya gak apa-apa. Udah dulu ya."
"Iya."
Aku sangat menyesal dengan jawaban ku tadi, padahal itu adalah kesempatan untuk kembali padanya.
Di sekolah, setiap dia bertemu dengan ku pasti dia memanggilku. Syukurlah, kita masih saling menyapa. Saat pulang sekolah dia kecelakaan. Aku langsung berlari untuk melihat keadaannya.
"Innanillahi wainnailaihi roji'un." ucap salah satu sahabatnya. Aku memeluk dengan erat tubuhnya dan tak hiraukan darah yang menempel di seragamku.
"Tidak! Semua ini mustahil! Tak mungkin dia secepat ini meninggalkanku. Kamu masih menyayangiku dan aku juga masih menyayangimu. Kenapa kamu tega membuatku seperti ini?!" ucapku sambil berteriak-teriak. Jadi, semalam adalah kesempatan terakhirku untuk kembali padanya. Aku terus mencoba mengikhlaskannya walaupun aku tak bisa menahan air mata yang terus mengalir di pipiku.
"Hallo, Des aku ingin mempersembahkan lagu untukmu dengan gitarku."
"Wah, sip banget itu." jawabku sambil deg-deg-an. Setelah bernyanyi, dia mengungkapkan isi hatinya kepadaku. "Des, sebenarnya aku masih sayang sama kamu. Jadi, kamu mau gak balikan sama aku?"
Aku hanya diam.
"Des, kok diam sih?"
"Hmm, gimana ya? Sebenarnya aku juga masih sayang sama kamu, tapi aku mau fokus ke try out dulu." jawabku dengan terpaksa.
"Yaudah deh, kalau kamu emang gak mau balikan sama aku." jawabnya dengan penuh rasa kecewa."
"Maaf ya" kataku.
"Iya gak apa-apa. Udah dulu ya."
"Iya."
Aku sangat menyesal dengan jawaban ku tadi, padahal itu adalah kesempatan untuk kembali padanya.
Di sekolah, setiap dia bertemu dengan ku pasti dia memanggilku. Syukurlah, kita masih saling menyapa. Saat pulang sekolah dia kecelakaan. Aku langsung berlari untuk melihat keadaannya.
"Innanillahi wainnailaihi roji'un." ucap salah satu sahabatnya. Aku memeluk dengan erat tubuhnya dan tak hiraukan darah yang menempel di seragamku.
"Tidak! Semua ini mustahil! Tak mungkin dia secepat ini meninggalkanku. Kamu masih menyayangiku dan aku juga masih menyayangimu. Kenapa kamu tega membuatku seperti ini?!" ucapku sambil berteriak-teriak. Jadi, semalam adalah kesempatan terakhirku untuk kembali padanya. Aku terus mencoba mengikhlaskannya walaupun aku tak bisa menahan air mata yang terus mengalir di pipiku.
Karya : Deasy Putri Indah Widiyanti
so saddd :"
BalasHapus